Evaluasi Kasus Malaria Pasca Pendampingan Model Eco Support Treatment Di Puskesmas Waipukang Kabupaten Lembata Tahun 2018
Keywords:
Malaria, Evaluasi, Pasca pendampingan, ESTAbstract
Kabupaten Lembata merupakan salah satu kabupaten dalam kategori High Incidence Area malaria di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan persentase Annual Parasite Incidence (API) mencapai 4,3o/oo pada Tahun 2018. Untuk mengatasi penyebab malaria di Kabupaten Lembata, telah dilakukan berbagai upaya pencegahan dan studi terkait dengan pendekatan secara holistik, salah satunya penelitian Kristina pada Tahun 2017–2018 adalah pemberdayaan kader dengan pendekatan model Eco Support Treatment Model (EST). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran jumlah kasus malaria positif pasca pendampingan EST oleh kader malaria di wilayah Puskesmas Waipukang – Kabupaten Lembata Tahun 2018-2019. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional Study. Lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Waipukang Kabupaten Lembata. Waktu penelitian bulan Juni – Agustus 2019. Besar sampel sesuai dengan jumlah kasus malaria positif yang ditemukan pada Tahun 2018 dan 2019. Data diambil dari hasil pemeriksaan RDT serta dari catatan register harian puskesmas. Analisa data dilakukan secara deskriptif berdasarkan waktu, tempat dan orang. Penelitian ini menemukan jumlah kasus malaria bulan Januari–Desember 2018 sebanyak 43 kasus, sedangkan pada Tahun 2019 tidak ditemukan kasus malaria. Ada pengaruh dampak pendampingan kader dengan pendekatan model EST dengan penurunan jumlah kasus malaria, hal ini ditunjukkan dengan jumlah kasus yang menurun di bulan Januari–Desember 2018, kemudian pada Tahun 2019 tidak ditemukan satu pun kasus malaria di wilayah pendampingan tersebut. Jenis Plasmodium malaria yang ditemukan adalah Plasmodium vivax (74%), Plasmodium falciparum (26%), golongan umur terbanyak menderita malaria adalah umur 5–9 tahun (30%) dan jenis kelamin penderita malaria terbanyak adalah laki–laki (53%). Lokasi dengan kasus malaria tertinggi adalah desa Laranwutun (14 kasus), Amakaka (6 kasus) dan Kolontobo (6 kasus), sedangkan yang terendah adalah desa Dulitukan dan Tagawiti (1 kasus). Simpulan ada penurunan jumlah kasus malaria pada Tahun 2018 dan Tahun 2019 di wilayah kerja Puskesmas Waipukang, hal ini dipengaruhi perubahan perilaku masyarakat setelah pendampingan kader malaria dengan pendekatan model EST.